10 Faedah Berdoa dengan Lemah Lembut
Pelajaran
dari Surat Maryam (seri 1): Di antara contoh yang bisa diambil dari
Nabi Zakariya, bagaimanakah ketika ia berdoa memohon keturunan pada
Allah hingga usia tua. Ia pun meminta doa pada Allah dengan serius, ia
berdoa dengan suara lembut atau lirih.
Apa yang dimaksud doa semacam itu? Apa faedah dari doa yang lirih dan lemah lembut?
Perintah Berdoa dengan Lemah Lembut
Allah
Ta’ala berfirman,
كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)
“
Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan
tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia
berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 1-3)
Dalam kisah Zakariya terdapat pelajaran yang bisa digali. Di
antaranya, salah satu adab doa adalah dengan suara lemah lembut, tidak
dengan suara keras.
Kenapa sampai Zakariya memilih berdoa dengan suara lemah lembut, tidak dengan suara keras?
Asy Syaukani memberikan beberapa alasan dari berbagai pendapat ulama:
- Berdoa dengan suara lirih lebih menjauhkan diri dari riya’, yaitu ingin dipuji dalam beramal.
- Karena Zakariya meminta memiliki keturunan pada usia yang sudah uzur dan yang diminta pun adalah perihal dunia.
- Zakariya berdoa seperti itu karena takut dari kaumnya.
- Usianya yang sudah lemah dan tua renta yang tidak memungkinkan suara keras.
Itulah beberapa alasan yang disebutkan oleh para ulama mengapa sampai
Zakariya bisa berdoa dengan suara lemah lembut dan lirih. Lihat
Fathul Qodir, 3: 443.
Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat di atas, “Allah itu mengetahui
hati yang bertakwa dan Maha Mendengar suara orang yang berdoa dengan
lirih.” (
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 206).
Faedah Berdoa dengan Lemah Lembut
Disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengenai faedah berdoa dengan lemah lembut:
1- Menunjukkan keimanan yang benar karena yang memanjatkan doa tersebut mengimani kalau Allah itu mendengar doa yang lirih.
2- Ini lebih menunjukkan adab dan pengagungan. Hal ini dimisalkan
seperti rakyat, ia tidak mungkin mengeraskan suaranya di hadapan raja.
Siapa saja yang berbicara di hadapan raja dengan suara keras, tentu akan
dibenci. Sedangkan Allah lebih sempurna dari raja. Allah dapat
mendengar doa yang lirih. Sudah sepantasnya dalam doa tersebut dengan
beradab di hadapan-Nya yaitu dengan suara yang lemah lembut (lirih).
3- Lebih menunjukkan kekhusyu’an dan ini adalah ruh dan inti doa.
4- Lebih menunjukkan keikhlasan.
5- Lebih mudah menghimpun hati untuk merendahkan diri dalam doa,
sedangkan doa dengan suara keras lebih cenderung tidak menyatukan hati.
6- Doa yang lemah lembut menunjukkan kedekatan orang yang berdoa dengan Allah. Itulah pujian Allah pada Zakariya,
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
“
Tatkala Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 3)
Disebutkan bahwa para sahabat pernah bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Mereka mengeraskan suara mereka saat berdoa. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا
النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ
أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ
الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ
“
Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian
tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang
kalian seru (yaitu Allah), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang
kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih
dari leher tunggangannya.” (HR. Ahmad 4: 402. Sanad hadits ini
shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh
Syu’aib Al Arnauth).
Kedekatan di sini yang dimaksud adalah
qurb khosh (kedekatan yang khusus), bukan
qurb ‘aam
(kedekatan yang umum) pada setiap orang. Allah itu dekat pada hamba-Nya
yang berdoa, Allah dekat dengan setiap hamba-Nya yang beriman dan Allah
itu dekat dengan hamba-Nya ketika sujud.
7- Doa yang dibaca lirih akan ajeg (kontinu) karena anggota tubuh
tidaklah merasa letih (capek) yang cepat, beda halnya jika doa tersebut
dikeraskan. Doa yang dikeraskan tidak bisa berdurasi lama, beda halnya
dengan doa yang lirih.
8- Doa lirih lebih selamat dari was-was dibandingkan dengan doa yang
dikeraskan. Doa yang dijaherkan akan lebih membangkitkan sifat
basyariah (manusiawi) yaitu ingin dipuji atau ingin mendapatkan maksud duniawi, sehingga pengaruh doa jadi berkurang.
9- Setiap nikmat pasti ada yang hasad (iri atau dengki). Termasuk
dalam hal doa, ada saja yang iri (hasad) baik sedikit atau banyak.
Karena bisa ada yang hasad, maka baiknya memang doa itu dilirihkan biar
tidak ada iri ketika yang berdoa itu mendapatkan nikmat.
10- Dalam doa diperintahkan untuk lemah lembut, sebagaimana dalam dzikir. Perintah dalam dzikir,
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ
الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.
Al A’raf: 205). Mujahid dan Ibnu Juraij menyatakan bahwa ayat tersebut
berisi perintah untuk mengingat Allah dengan hati dengan menundukkan
diri dan bersikap tenang tanpa mengeraskan suara dan tanpa
berteriak-teriak. Bersikap seperti inilah yang merupakan ruh doa dan
dzikir. (Disarikan dari
Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 15: 15-20)
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Fathul Qadir, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani, terbitan Dar Ibnu Hazm dan Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H.
Majmu’atul Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Dar Ibnu Hazm dan Darul Wafa’, cetakan
keempat, tahun 1432 H.
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, tahqiq: Abu Ishaq Al Huwaini, terbitan Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H
.http://rumaysho.com/amalan/10-faedah-berdoa-dengan-lemah-lembut-9884